MarkPlus Conference 2010 : Connect!

sengaja jongkok, soalnya kalo berdiri tulisannya ketutupan :))

Sebelumnya terima kasih buat buat MarkPlus atas tiket gratisannya :), saya berkesempatan menghadiri MarkPlus Conference 2010 di Ritz Carlton Pasific Place 10 Desember yang lalu. Dengan jumlah peserta sekitan 4000-an orang, sepertinya gak salah kalau event ini disebut sebagai the biggest marketing conference in Asia. Eh bener ga? 😀

Acara dimulai pukul 09.00, cukup on-time, dan dibuka oleh bapak Hermawan Kartajaya dengan ucapan selamat datangnya. Beliau menyampaikan strategi baru untuk menyambut tahun 2010. Dalam acara ini beliau juga me-launching buku terbarunya yang berjudul “Ubud : The Spirit of Bali” dan “Connect!”. Untuk buku Connect ini tersedia 500 kopi pertama beserta tanda tangan beliau.

2010. The sky looks brighter, but the uncertainty is the new normality. Begitu yang disampaikan oleh HK. Secara tidak langsung, dapat diartikan bahwa keadaan pasar di Indonesia akan lebih baik, kesempatan untuk berkembang lebih terbuka, namun jangan lupa bahwa segala hal dapat terjadi. Tidak ada sesuatu hal yang pasti, kondisi bisa berubah dalam waktu singkat, oleh karena itu kita harus terbiasa dengan itu. Ketidak pastian sudah menjadi sesuatu yang normal, segala antisipasi sudah semestinya kita persiapkan. Terdengar teoritis ya? 😆

Well, HK menyebutnya dengan 10 new wave strategies. Kata kuncinya adalah connect!. Itu strategi pertama. Kita punya 3 poin connectors yaitu mobile, experiential, dan social. Dengan 3 tools tersebut kita gunakan untuk menjaring pasar dengan pendekatan horizontal. Why mobile? karena sekarang sudah jamannya internet yang bisa diakses kapanpun, di manapun kita mau dan masyarakat mulai tak terpisahkan dengan itu. Experiential, pengalaman, apapun itu kalau kita mengalaminya atau terlibat secara langsung, tidak akan mudah terlupakan oleh kita. Ajak konsumen untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan offline dalam membangun brand awareness.

Tiga tools di atas dioptimalkan untuk melakukan product management, brand management dan customer management. Untuk target pasarnya, fokus pada tiga subcultures yaitu youth, women, dan netizen. Jumlah anak muda yang tidak sedikit ini, menjadi salah satu target karena biasanya anak muda suka mencoba hal-hal baru, senang diapresiasi dan dianggap exist. Tujuannya di sini bukan market share, karena anak muda, remaja, mungkin sebagian besar belum berpenghasilan. Namun mind share-lah yang di harapkan. Bagaimana brand anda melekat atau paling tidak ter-recognize oleh mereka.

Sedangkan wanita, khususnya ibu rumah tangga, mereka bertanggung jawab penuh terhadap ‘pemenuhan’ kebutuhan keluarganya. Mereka yang ‘berkuasa’ mengatur keuangan, yang biasanya sang suami tinggal kasih uang belanjanya saja. Wanita ini adalah pengambil keputusan, produk apa yang paling sesuai dengan kantong dan kebutuhan. Jadi, rebut hati para wanita, dan Anda akan mendapatkan market share.

Terakhir adalah netizen, masyarakat online, masyarakat pengguna internet. Jika new wave marketing dimulai dengan community, maka netizen ini adalah salah satunya. Pada dasarnya orang itu senang berkumpul, dan biasanya bersama orang-orang yang memiliki kegemaran yang sama. Onliners di Indonesia yang jumlahnya sangat banyak ini, jika diperhatikan akan membentuk suatu komunitas yang juga tidak sedikit. Rasa kepemilikan terhadap komunitas, membuat mereka memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi antar anggotanya. Biasanya komunitas ini punya ‘pentolan’ atau ‘kepala suku’-nya lah. Biasanya, kalau kepala suku-nya sudah dipegang, tidak sulit untuk mengajak para ‘pengikut’nya. Namun, pendekatan yang dilakukan tidak bisa dengan cara yang konvensional. Para onliners itu tidak seperti jurnalis yang butuh berita dan mendapatkan bayaran dari situ. Pendekatan secara personal akan jauh lebih baik. Di sini adalah heart share yang kita tuju. Jika mereka terkesan, senang, atau mendapatkan sesuatu yang menarik, mereka tidak akan segan-segan membaginya dengan teman2 lain di dunia maya maupun real. Jaman internet seperti ini, kekuatan word of mouth sudah tidak perlu disangsikan lagi 😀

Sebenarnya masih ada sesi-sesi lain yang saya ikuti. Seperti sharing session yang dibawakan oleh bank BRI, Toyota dan Kaskus yang berbagi mengenai strategi new wave apa saja yang telah mereka lakukan beserta hasil yang mereka capai. Saya dan fany juga ikut sesi Brand vs Character bersama Desi Anwar dari Metro Tv dan perwakilan dari Caring Colors. Dilanjutkan dengan sesi New Cring Service oleh Direktur Samapta Polda Metro Jaya, PT. Blue Bird, dan Garuda Indonesia yang kebetulan dirutnya, Bpk Emirsyah menjadi Marketer of The Year.

So, see you on the next MarkPlus Conference 2011! *berharap tiket gratisan lagi* 😛

with Bp Hermawan Kartajaya, dan Bp Irwan Hidayat (Sido Muncul)

New Wave Marketing : Start with Community

Welcome to New Wave Marketing Era. Join it or you will be left behind.

Begitu kata Hermawan Kartajaya sekitar pertengahan tahun lalu. Di akhir tahun 2007, beliau me-launch delapan tren marketing, nomor satunya adalah Internet Booming. Benar saja, sejak tahun lalu sampai sekarang, semakin banyak orang yang tidak bisa hidup tanpa internet. Mungkin berlebihan, namun jika dipikir kembali sepertinya benar juga. Hal ini didukung dengan akses internet yang makin ke sini semakin dipermudah dan dipermurah. Sehingga kata-kata ‘internet itu mahal’ sudah jarang terdengar. Hal ini terbukti dengan persaingan para provider internet memberikn pelayanan paling murah namun memuaskan.

New wave marketing di sini diartikan sebagai suatu konsep marketing yang menggunakan ‘jalur’ baru. Bukan lagi hanya above atau below the line, namun menggunakan jalur internet sebagai sarana pemasaran ataupun promosinya. Tidak lagi berbentuk vertikal, namun horizontal. Tidak meninggalkan hard selling, namun juga lebih concern terhadap soft selling. Menganggap customer itu sejajar dengan marketer. Dimana keterlibatan customer secara langsung dalam proses product development sudah menjadi pertimbangan penting bagi mereka para marketer. Kalau kata Philip Kotler : think customers and you’ll be save. Dengan kata lain, rengkuhlah para pelanggan Anda supaya bisnis Anda tetap berlangsung baik. Jika para marketer sudah sangat familiar dengan sembilan prinsip marketing yang dimulai dengan segmenting, targeting, positioning, diferentiation, marketing mix, selling, brand, service, dan process, di new wave marketing ini prinsip-prinsip tersebut bertransformasi ,menjadi : communitization, confirming, clarifying, crowd-combo, commerzialitation, charater, caring, dan collaboration. So, communitization is the new ‘segmenting’. Hal ini merupakan poin penting untuk memulai bagaimana konsep new wave marketing ini dijalankan.

Manusia itu makhluk sosial, maka sudah kodratnya jika mereka senang berkelompok. Berkumpul dengan orang-orang yang memiliki kesukaan, hobi yang sama, memiliki ‘nasib’ yang sama, membuat masing-masing diri kita menjadi lebih percaya diri dan lebih nyaman. Seperti disebutkan dalam teori Maslow bahwa dari dulu dari tahun ke tahun manusia pada umumnya membutuhkan rasa untuk berada dan diterima di dalam suatu lingkaran sosial. Bahkan teori motivasi Maslow mengatakan bahwa kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Jalinan yang tejadi di dalam komunitas-komunitas ini menimbulkan rasa kepercayaan yang otomatis terjadi seiring dengan proses sosialisasi yang mereka lakukan. Sekarang kalau ditanya, Anda lebih percaya mana: iklan atau teman anda sendiri? Saya yakin lebih banyak yang menjawab teman. Karena pengalaman personal, tanpa sadar telah menjadi bahan pertimbangan Anda sebelum menjadi konsumen barang atau jasa apapun.

Masyarakat new wave tidak cuma berbagi dengan komunitasnya sendiri saja. Mereka saat ini menjadi pewarta akan berita apapun yang mereka ingin sharing di internet. Jalur internet yang begitu bebas, membuat semua orang dapat mengakses berita tersebut. Penyebaran berita pun bisa terjadi begitu cepat, bahkan dalam hitungan detik.

Komunitas merupakan sasaran pertama dalam konsep ini. bagaimana mencari komunitas yang cocok atau pas dengan produk anda. Misalnya produk anda merupakan produk culinary. Dekati komunitas-komunitas pecinta kuliner, undang atau ajak mereka para blogger atau social media activist yang biasa menulis tentang kuliner ke event anda. Jika mereka suka, tentu dengan senang hati mereka akan berbagi pengalaman di blog mereka. Promosi gratis bukan? Apalagi blog dengan traffic yang tinggi, pembacanya banyak, dan informasi pun menyebar dengan cepat.

Komunitas pencinta buku, saat ini tidak akan jauh-jauh dari toko buku online, karena biasanya mereka menawarkan diskon2 menarik seperti ini salah satunya. Penikmat buku sejati biasanya tidak melewatkan penawaran semacam ini. Tidak melulu jualan buku, sekali waktu mereka adakan acara seperti nonton bareng film yang difilmkan dari buku yang mereka jual. Hal ini tentu saja salah satunya dilakukan untuk
me-maintain para pelanggan dan untuk menjalin kedekatan personal dengan mereka.

Ada juga brand yang membangun forum baru yang diperuntukkan sesuai
pangsa pasarnya. Perempuan remaja misalnya, seperti situs ini. Mereka melakukan branding dengan menjadi teman curhat online para perempuan remaja, tempat bertanya seputar masalah kewanitaan. Kemudahan untuk join atau bergabung dan berinteraksi di sana, akan membentuk komunitas baru dengan sendirinya, tentu saja disertai admin yang me-maintain situs tersebut.

Sekarang ini sudah semakin banyak event yang mengundang blogger blogger atau para social media activist sebagai salah satu strategi marketing mereka. Social media activist yang dianggap eksis di komunitasnya diundang, dan diminta untuk meliput acara dengan menuliskannya di blog atau melakukan live reporting melalui microblogging. Mereka akan menerima dengan senang hati, karena bersosialisasi merupakan kegemaran mereka. Namun perlu dicatat, bahwa setiap blogger memiliki karakter masing-masing yg tercermin pada tulisan-tulisan di blognya. terlalu banyak syarat-syarat penulisan liputan atau ketentuan-ketentuan yang tidak sedikit merupakan ide yang kurang tepat untuk diimplementasikan. Kebebasan itu nomor satu bagi mereka, they’ve already had their style, and they’ll keep it that way.

Besarnya gelombang akibat ‘jalur jualan’ yang baru ini alias internet, dapat dilihat bahwa saat ini apa saja bisa dijual di internet. Lewat media apapun, blog, facebook, twitter, apa saja yang ditawarkan di internet. Saking bebasnya, Anda harus pintar meyakinkan customer dan sebaliknya, Anda sebagai customer, jadilah customer yang cerdas! Mengutip pernyataan Nukman Luthfie sebagai salah satu online marketing strategist, bahwa online marketing itu berjalan berdasarkan tiga hal yaitu trust, trust, dan trustGet your community, gain their trust, and you’ll get your loyal customer.

Tulisan ini merupakan tanggapan dari artikel berjudul Kehidupan Sosial Bagi Seluruh Masyarakat New Wave, untuk Bloggers @MarkPlus Conference 2010